Sabtu, 17 Desember 2011

Kampung Pecinan Ketandan


Yogyakarta juga memiliki kampung pecinan bersejarah seperti halnya di berbagai negara. Kampung Ketandan sebagian warganya adalah keturunan Tionghoa. Menurut sejarah, kampung ini mulai menjadi permukiman mereka sejak masa penjajahan Belanda, yaitu semenjak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pada saat itu, Pemerintah Belanda menerapkan peraturan yang membatasi pergerakan (dengan sebutan passentelsel) dan membatasi wilayah (dengan sebutan wijkertelsel) kaum Tionghoa. Atas izin Sri Sultan Hamengku Buwono II, mereka dapat menetap di daerah dekat dengan pasar bringharjo.
Kawasan pecinan Ketandan ini semakin tergusur oleh perkembangan zaman. Banyak bangunan yang telah direnovasi. Selain hal tersebut kawasan dengan unsur etnis Tionghoa ini semakin terpinggirkan akibat semakin meningkatnya kawasan perdagangan di sekitar Malioboro.
Oleh karena itu, muncul berbagai upaya untuk melestarikan kawasan ini oleh berbagai pihak, misalnya Pemerintah Kota Yogyakarta telah menetapkan Kampung Ketandan sebagai kawasan Pecinan yang akan selalu dikembangkan. Pada kawasan ini bangunan-bangunan akan dibuat dengan arsitektur Tionghoa, sementara bangunan berarsitektur Tionghoa yang telah ada akan tetap dipertahankan.
Nuansa tempo dulu mendominasi arsitektur bangunan kawasan ini. Rumah-rumah pada daerah tersebut memiliki karakteristik Tionghoa, rumah tingkat berornamen oriental, juga dibangun memanjang ke belakang yang dimanfaatkan sebagai toko atau ruko oleh para pemiliknya. Sebagian besar penghuninya berprofesi sebagai pedagang. Pada kawasan tersebut juga terkenal dengan toko emas dan permatanya secara turun-temurun.
Terdapat juga sebuah toko obat yang sudah cukup lama berdiri di kawasan pecinan yang terletak di seberang Pasar Beringharjo, yaitu “Toko Obat Bah Gemuk”. Disini menjual berbagai macam obat tradisional Cina yang sangat manjur.
Setelah sampai di daerah utara Pasar, kita dapat menjumpai kios-kios tradisional yang menjual berbagai macam kebutuhan, mulai dari barang elektronik, peralatan menjahit dan aksesorisnya, peralatan memasak juga perhiasan emas dan permata. Sudah sejak lama masyarakat Jogja mengenal daerah tersebut sebagai salah satu tempat yang menjual kebutuhan dengan harga murah. Tidak hanya barang-barang baru, barang bekaspun tersedia di beberapa kios.
Menjelang Tahun Baru Imlek, warga Kampung Ketandan mengadakan Pekan Budaya Tionghoa semenjak tahun 2006. Festival tersebut sengaja digelar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai salah satu upaya mempertahankan identitas Kampung Ketandan sebagai Kampung Pecinan.
Sangat mudah mengunjungi daerah tersebut karena letaknya yang strategis berada ditengah kota, yaitu sisi selatan kawasan Malioboro atau sebelah utara Pasar Beringharjo. Kampung Ketandan Kampung Ketandan tepat berada di sebelah Tenggara perempatan Jl. Malioboro - Jl. Jend A. Yani - Jln Pajeksan - Jl. Suryatmajan. Tidak perlu khawatir jika tidak memiliki kendaraan karena tersedia becak yang siap mengantar untuk melihat-lihat suasana Kampung Pecinan Ketandan. (kotajogja.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar