Oleh: Asep Azis
*Asep Azis adalah fisioterapis tim NBL Indonesia, CLS Knights Surabaya.
Semua olahraga memiliki risiko cidera, dimana pada saat cidera, kualitas dan performa atlet di lapangan akan menurun.
Ada dua jenis cidera dalam berolahraga. Cidera langsung (traumatic injury) maupun tidak langsung (overuse injury).
Traumatic injury di sini dapat dilihat dengan jelas penyebabnya. Misalnya jatuh, salah gerak, tertabrak, dan lain-lain sehingga menyebakan robekan/putusnya jaringan lunak (soft tissue) seperti ligamen, otot, tendon hingga terjadinya fraktur (patah tulang). Pada kondisi yang seperti ini, diperlukan penanganan medis professional seperti dokter atau fisioterapis.
Overuse injury yaitu cedera yang diakibatkan karena tekanan berulang-ulang biasanya diakibatkan karena pemakaian berlebih. Berhubungan dengan beratnya beban latihan, istirahat yang kurang, perawatan cedera sebelumnya yang kurang tepat serta persiapan dalam pertandingan seperti warming up, stretching dan cooling down setelah pertandingan yang kurang maksimal dan efektif.
Pada saat cedera, tubuh meresponnya dengan tanda-tanda peradangan dari dalam tubuh seperti rubor (kemerahan), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri) serta functiolesa (penurunan fungsi). Respon tersebut bertujuan untuk memulihkan jaringan yang cedera.
Pembuluh darah di tempat yang mengalami cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen supaya mempercepat penyembuhan. Adanya pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan tempat yang cidera menjadi lebih terlihat kemerahan (rubor), dan darah yang banyak ini akan merembes dari kapiler menuju ruang antar sel sehingga akan terlihat bengkak (tumor). Karena banyaknya nutrisi dan oksigen sehingga metabolisme meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas (kalor). Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lainnya ini akan merangsang syaraf perasa nyeri di tempat yang cedera sehingga timbul nyeri (dolor). Semuanya akan mengakibatkan penurunan fungsi sendi (functiolesa).
Pada saat terjadi cidera banyak yang masih bingung dalam penanganan cidera. Kebanyakan langsung memberikan balsam ataupun pijatan. Sebuah penangan yang tidak tepat. Penanganan yang tidak tepat akan memperburuk cidera dan memperlambat proses penyembuhan.
Dari segi medis penanganan untuk cedera olahraga untuk soft tissue secara umum memiliki prinsip RICER dan menghindari HARM.
Do RICER!
Rest: Istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cidera agar cidera tidak semakin parah. Jika merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan sinyal kepada tubuh untuk mengurangi gerakan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi pembebanan tubuh di bagian yang cidera misalkan dengan menggunakan kruk. Istirahat sendiri minimal 48-72 jam.
Untuk kondisi cidera ringan pada saat bertanding dan dapat melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim medis dokter atau fisioterapis dan diberikan support seperti tapping/kinesiotape/decker.
Ice: Kompres dengan menggunakan es/dingin sesegera mungkin, kompres bisa menggunakn es batu ditumbuk dimasukkan plastik kemudian dibebat maupun menggunakan ice bag, atau kompres dengan handuk yang sudah direndam air dingin. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak pada fase inflamasi, supaya pembuluh darah yang melebar menjadi lebih menutup.
Aplikasikan 10-15 menit saja. Bila lebih dari 20-30 menit justru akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit. Pada 24-72 jam bisa sehari melakukan 6-7 kali kompres es.
Compression: Gunakan bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic bandage, kinesiotaping dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan. Dibebat jangan terlalu kencang. Lepas bebat pada saaat akan tidur kecuali kinesiotaping dapat digunakan hingga dua hari.
Elevation: Angkat bagian yang cidera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkena sprain ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/tidur dengan menggunakan bantal supaya mengurangi pembengkakan.
Referral: Segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cidera termasuk parah dan mengganggu aktifitas. Cidera akan mendapatkan pemeriksaan dan diagnosa, treatment dan program fisioterapi.
No HARM!
Heat: Menggunakan panas pada saat penanganan pertama cidera akan meningkatkan pembengkakan karena panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar, seperti pemberian balsam, jahe, minyak kocok, sauna, berendam di bathub, dan shower panas.
Alcohol: Meminum alkohol atau merendam bagian yang cidera dengan alohol akan meningkatkan pembengkakan serta memperlambat proses penyembuhan.
Running: Berlatih dalam 48-72 jam saat cidera akan memperburuk kondisi. Seseorang dinyatakan aman bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan diagnosa dari dokter/fisioterapis.
Massage: Massage (pijatan) pada saat cidera akan meningkatkan aliran darah sehingga akan membuat semakin bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang cedera. Misalnya ligamennya terluka lalu diberikan massage maka luka sobeknya akan semakin melebar dan pada saat kembali ke lapangan menjadi kendor dan terganggu stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cidera ulang.
Semua olahraga memiliki risiko cidera, dimana pada saat cidera, kualitas dan performa atlet di lapangan akan menurun.
Ada dua jenis cidera dalam berolahraga. Cidera langsung (traumatic injury) maupun tidak langsung (overuse injury).
Traumatic injury di sini dapat dilihat dengan jelas penyebabnya. Misalnya jatuh, salah gerak, tertabrak, dan lain-lain sehingga menyebakan robekan/putusnya jaringan lunak (soft tissue) seperti ligamen, otot, tendon hingga terjadinya fraktur (patah tulang). Pada kondisi yang seperti ini, diperlukan penanganan medis professional seperti dokter atau fisioterapis.
Overuse injury yaitu cedera yang diakibatkan karena tekanan berulang-ulang biasanya diakibatkan karena pemakaian berlebih. Berhubungan dengan beratnya beban latihan, istirahat yang kurang, perawatan cedera sebelumnya yang kurang tepat serta persiapan dalam pertandingan seperti warming up, stretching dan cooling down setelah pertandingan yang kurang maksimal dan efektif.
Pada saat cedera, tubuh meresponnya dengan tanda-tanda peradangan dari dalam tubuh seperti rubor (kemerahan), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri) serta functiolesa (penurunan fungsi). Respon tersebut bertujuan untuk memulihkan jaringan yang cedera.
Pembuluh darah di tempat yang mengalami cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen supaya mempercepat penyembuhan. Adanya pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan tempat yang cidera menjadi lebih terlihat kemerahan (rubor), dan darah yang banyak ini akan merembes dari kapiler menuju ruang antar sel sehingga akan terlihat bengkak (tumor). Karena banyaknya nutrisi dan oksigen sehingga metabolisme meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas (kalor). Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lainnya ini akan merangsang syaraf perasa nyeri di tempat yang cedera sehingga timbul nyeri (dolor). Semuanya akan mengakibatkan penurunan fungsi sendi (functiolesa).
Pada saat terjadi cidera banyak yang masih bingung dalam penanganan cidera. Kebanyakan langsung memberikan balsam ataupun pijatan. Sebuah penangan yang tidak tepat. Penanganan yang tidak tepat akan memperburuk cidera dan memperlambat proses penyembuhan.
Dari segi medis penanganan untuk cedera olahraga untuk soft tissue secara umum memiliki prinsip RICER dan menghindari HARM.
Do RICER!
Rest: Istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cidera agar cidera tidak semakin parah. Jika merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan sinyal kepada tubuh untuk mengurangi gerakan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi pembebanan tubuh di bagian yang cidera misalkan dengan menggunakan kruk. Istirahat sendiri minimal 48-72 jam.
Untuk kondisi cidera ringan pada saat bertanding dan dapat melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim medis dokter atau fisioterapis dan diberikan support seperti tapping/kinesiotape/decker.
Ice: Kompres dengan menggunakan es/dingin sesegera mungkin, kompres bisa menggunakn es batu ditumbuk dimasukkan plastik kemudian dibebat maupun menggunakan ice bag, atau kompres dengan handuk yang sudah direndam air dingin. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak pada fase inflamasi, supaya pembuluh darah yang melebar menjadi lebih menutup.
Aplikasikan 10-15 menit saja. Bila lebih dari 20-30 menit justru akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit. Pada 24-72 jam bisa sehari melakukan 6-7 kali kompres es.
Compression: Gunakan bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic bandage, kinesiotaping dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan. Dibebat jangan terlalu kencang. Lepas bebat pada saaat akan tidur kecuali kinesiotaping dapat digunakan hingga dua hari.
Elevation: Angkat bagian yang cidera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkena sprain ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/tidur dengan menggunakan bantal supaya mengurangi pembengkakan.
Referral: Segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cidera termasuk parah dan mengganggu aktifitas. Cidera akan mendapatkan pemeriksaan dan diagnosa, treatment dan program fisioterapi.
No HARM!
Heat: Menggunakan panas pada saat penanganan pertama cidera akan meningkatkan pembengkakan karena panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar, seperti pemberian balsam, jahe, minyak kocok, sauna, berendam di bathub, dan shower panas.
Alcohol: Meminum alkohol atau merendam bagian yang cidera dengan alohol akan meningkatkan pembengkakan serta memperlambat proses penyembuhan.
Running: Berlatih dalam 48-72 jam saat cidera akan memperburuk kondisi. Seseorang dinyatakan aman bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan diagnosa dari dokter/fisioterapis.
Massage: Massage (pijatan) pada saat cidera akan meningkatkan aliran darah sehingga akan membuat semakin bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang cedera. Misalnya ligamennya terluka lalu diberikan massage maka luka sobeknya akan semakin melebar dan pada saat kembali ke lapangan menjadi kendor dan terganggu stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cidera ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar